Daun Mimba dan Hama Rayap

Bagi para pelaku perawatan tanaman organik, tidak asing rasanya saat mendengar kata “mimba” (EN : Neem). Saya tidak tahu mereka yang pernah mendengar, apakah pernah merasakan juga kemampuan “mimba” dalam perawatan organik. Jika melihat atau seseorang menawarkan bibit pohon ini kepada anda, saya sarankan untuk membeli dan memeliharanya di rumah.

Berikut ini saya sertakan sedikit cuplikan mengenai mimba dari buku “Pestisida Nabati : Ramuan & Aplikasi, Ir. Agus Kardinan, M.Sc.” :

… “Beberapa konferensi internasional telah banyak diselenggarakan untuk membahas masalah tanaman mimba, di antaranya yang diadakan di Jerman, India, Filipina, Kenya, Australia, Thailand dan Indonesia. Semua konferensi menempatkan mimba sebagai prioritas pertama untuk bahan pestisida nabati. Di negara-negara tersebut, mimba telah terdaftar sebagai pestisida. Di India sendiri telah terdaftar sekitar 200 formula pestisida yang berasal dari mimba. Dalam hal ini Indonesia masih jauh ketinggalan dibandingkan negara tetangga yang sudah lebih dahulu sadar akan lingkungan. Di negara tetangga, pemakaian pestisida nabati didukung oleh pemerintah, bahkan pemerintah sendiri turut serta dalam melakukan demonstrasi dan penyuluhan lapangan.”…

… “Tanaman mimba mampu mengendalikan sekitar 127 jenis hama dan mampu berperan sebagai fungisida, bakterisida, antivirus, nematisida, serta moluskisida.”….

Berdasarkan keterangan tersebut, khasiat / kandungan pestisida yang dimiliki tanaman mimba boleh dibilang telah mendapat pengakuan secara internasional. Sehingga, menurut saya, kita tidak perlu lagi meragukan keampuhan zat pestisida nabati yang dimiliki tanaman ini untuk kebutuhan mengatasi hama tanaman. Secara sepintas, kemampuan pestisida yang dimiliki tanaman ini bersifat umum, atau bisa digunakan untuk mengatasi mayoritas hama tanaman. Benarkah demikian? Suatu hari, saya diberi kesempatan untuk membeli anakan pohon mimba. Saya bawa pulang dan pelihara pohon itu di rumah.

Saat ini, anakan pohon mimba itu telah tumbuh setinggi ± 1,8 meter. Tidak terlalu rimbun, namun ada sedikit daunnya yang dapat di panen dan dijadikan bahan pestisida untuk kebutuhan sendiri. Saya memodifikasi resep Pestisida Organik Bawang Putih dengan menambahkan daun mimba sebagai salah satu bahan ramuan.

Daun Mimba dan Bawang Putih
Daun Mimba dan Bawang Putih

Setelah beberapa kali melakukan eksperimen, saya mendapatkan satu garis besar bagaimana cara memanfaatkan daun mimba sebagai pestisida nabati di rumah. Dibawah ini adalah ceritanya :

Proses pembuatan ramuan…

Saya menggunakan alat parutan kelapa manual untuk menghaluskan bawang putih dan daun mimba. Ada beberapa hal patut mendapat perhatian saat melakukan proses menghaluskan bahan mentah dengan menggunakan peralatan manual. Bahan mentah yang telah dihaluskan, memiliki sifat cukup tajam jika terkena permukaan kulit. Hindari kontak langsung bahan yang telah dihaluskan dengan permukaan kulit jari dalam waktu cukup lama. Jika itu terjadi, cuci segera menggunakan air bersih + sabun dan diulangi hingga beberapa kali. Kalau dibiarkan, jari akan terasa pedih dan kulit pada permukaan jari akan mengelupas setelah beberapa hari kemudian. Jadi, disini saya ingatkan untuk lebih berhati-hati selama dalam proses menghaluskan kedua bahan.

Pemakaian blender / mesin giling bumbu (grinder), mungkin, merupakan peralatan alternatif yang memadai untuk proses menghaluskan kedua bahan tersebut. Saya masih belum berniat menggunakan bantuan peralatan mesin guna mencegah kemungkinan berkurangnya kualitas bahan karena panas bilah pisau akibat putaran poros mesin.

Mesin Giling Bumbu (Grinder)
Mesin Giling Bumbu (Grinder)
Mesin Giling Bumbu (Grinder)
Mesin Giling Bumbu (Grinder)

Mengenai parutan kelapa manual, saya mendapatkannya di toko perlengkapan alat-alat rumah tangga. Alat itu beredar tidak lama setelah alat pengiris bawang merah “mulai terkenal” di pasaran. Mungkin, saat ini parutan kelapa manual seperti itu sudah jarang dan sulit ditemukan. Anda bisa menggantikannya dengan alat penghalus bahan makanan manual lain (bumbu dapur / pencacah sayur) untuk tujuan yang sama.

Ide perbedaan kualitas hasil proses menggunakan parutan mesin dan manual adalah dalam pembuatan santan kelapa. Kami belum mengetahui bagaimana menyampaikannya secara benar, tapi intinya kurang-lebih seperti berikut ini. Jika anda menggunakan blender untuk memarut kelapa, maka santan yang dihasilkan akan cenderung pecah saat dimasak. Mesin parut kelapa di pasar tradisional, berbeda cara kerjanya dengan blender atau pun grinder. Poros pisau parutan berputar dengan perantaraan sabuk / tali karet yang terhubung pada poros mesin. Sedangkan pisau pencacah kebanyakan mesin blender atau grinder terpasang menyatu dengan poros mesin.

Saya sendiri tidak dapat menjelaskan secara ilmiah perbedaan kualitas hasil proses menghaluskan bawang putih dan daun mimba antara menggunakan peralatan manual dengan mesin. Apakah asumsi ini terlalu berlebihan? Mungkin saja. Silahkan anda menilainya sendiri.

Setelah proses menghaluskan bahan selesai, keduanya dimasukkan dalam sebuah ember dicampur dengan air tawar dan diendapkan selama 24 jam. Proses pengendapan selama 1 hari 1 malam sudah cukup untuk menjadikan air rendaman berfungsi sebagai pestisida. Kemudian, ramuan ditambahkan dengan sedikit spiritus, lalu di aduk hingga rata. Setelah itu air rendaman disaring untuk dipisahkan dari ampasnya dan disimpan dalam botol bekas minuman dingin bersoda. Ramuan bisa langsung digunakan dan sisanya disimpan untuk kebutuhan di lain waktu.

Beberapa sumber menyarankan agar tidak meletakkan / menyimpan ramuan di tempat yang terkena sinar matahari langsung. Radiasi ultra violet sinar matahari, memiliki kecenderungan merusak produk akhir makanan / herbal. Secara tidak sengaja, saya pernah meletakkan ramuan di tempat yang terkena sinar matahari pagi antara pukul 07.00 s/d 09.00. Setelah itu, saya mendapatkan bahwa ramuan telah kehilangan keampuhan-nya saat diaplikasikan untuk membunuh hama.

Testing kualitas pestisida…

Untuk menguji keampuhan ramuan, tidak ada cara selain dengan mengaplikasikannya dengan hama tanaman. Lagi-lagi, saya diberi kesempatan untuk melakukan uji coba terhadap hama tanaman dengan mudah. Hama-hama tanaman muncul di pekarangan rumah bersamaan setelah ramuan selesai dibuat. Beberapa jenis hama muncul berturut-turut tanpa diketahui apa penyebabnya, termasuk hama rayap yang jarang terlihat keberadaannya.

Melihat hama tanaman yang umum beredar, seperti : siput, kutu putih dsb. menjadi mati setelah terkena ramuan bukanlah sesuatu yang sangat istimewa bagi saya. Tetapi, berbeda halnya dengan rayap.

Sebelumnya, saya tidak pernah menemukan cara terbaik membasmi rayap yang bersarang di dalam pot tanpa membuang media tanam lama dan menggantinya dengan yang baru. Beberapa hari setelah ramuan selesai dibuat, saat sedang melakukan penggemburan media tanam, saya melihat “seekor rayap” keluar dari dasar pot. Semua ramuan pestisida bahan organik yang pernah dibuat, tak satu pun berhasil menangani rayap.

Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh ramuan berbahan daun mimba ini. Rayap mati dalam waktu < 15 detik! Ramuan anti-hama terbaik yang sebelumnya pernah saya buat adalah dengan campuran air rendaman tembakau. Namun, ramuan tersebut hanya mampu mendiamkan rayap sementara waktu saja (seolah-olah terlihat mati) dan tak lama kemudian kembali bergerak normal seperti semula.

Benarkah ramuan berbahan daun mimba bisa bekerja dengan baik untuk mematikan rayap? Saya duduk diam menunggu selama 5 menit guna memastikan bahwa rayap itu benar-benar mati atau tidak hilang di gotong semut. Setelah 5 menit kemudian, si rayap tetap diam ditempat dan tidak bergerak sedikit pun alias mati.

Sebagaimana biasanya, rayap tidak pernah beroperasi sendirian. Selalu bergerombol. Memang benar seperti dugaan saya. Pot tempat rayap pertama keluar saya angkat, dan terlihat teman-teman si rayap yang mati (± 10 – 20 ekor) berkumpul bersiap-siap melarikan diri. Saya lakukan hal yang sama seperti pada teman-temannya itu dan, tak lama kemudian, nasib mereka pun sama, mati!

Jika terdapat kumpulan rayap di bawah bagian luar dasar pot, berarti ada dua kemungkinan masih ada rayap lainnya di sekitar situ. Kemungkinan terbesar, sebagaimana kejadian yang sebelumnya, masih ada rayap lain di dalam pot. Bagaimana caranya agar rayap-rayap di dalam pot dapat di lokalisasi-kan untuk tidak menyebar sementara ramuan di aplikasikan? Satu-satunya cara adalah dengan meng-guyur permukaan media tanam dengan ramuan.

Untuk menghindari ramuan terbuang dengan cepat dari dalam pot, saya letakkan pot di atas nampan-pot berukuran besar. Dengan demikian, ramuan yang dituangkan ke dalam media tanam akan tertampung pada nampan-pot. Kemudian, ramuan diencerkan dengan air tawar (1:1), lalu disiramkan ke permukaan media tanam tanpa terlebih dahulu memindahkan tanaman di dalamnya.

Memang, setelah tindakan itu dikerjakan, tidak ada lagi rayap yang keluar dari dasar pot. Saya pun tidak tahu apakah tindakan itu dapat atau tidaknya membunuh rayap yang ada di dalam media tanam. Kurang dari 1 menit kemudian, hama nematoda (cacing) keluar dari lubang di dasar pot dan berenang di genangan ramuan yang tertampung di nampan-pot. Saya tinggalkan sebentar, dan kembali memeriksa setelah 30 menit kemudian.

Ketika pot diangkat dari nampan-pot, ± 20 ekor mayat berbagai ukuran, termasuk hampir jadi mayat nematoda terendam bersama air ramuan yang tertampung pada nampan-pot. Saya tumpahkan isi nampan di atas permukaan conblock, dan tak lama keluar rayap-rayap dari sela-sela nat-conblock. Saya kembali mengencerkan ramuan baru, kemudian menyiramkannya ke seluruh permukaan conblock di tempat dan sekitar rayap-rayap tadi bermunculan. Saya tinggalkan TKP setelah beberapa menit kemudian dan tidak terlihat lagi rayap keluar dari sela-sela nat-conblock.

Mulai keesokan harinya, untuk mendapat kepastian sejauh mana efek ramuan yang dihasilkan, setiap pagi selama tiga hari berturut-turut saya memeriksa bagian bawah pot yang sebelumnya di huni rayap. Bersih! Tidak ada tanda apa pun yang menunjukkan keberadaan atau kembalinya teman-teman si rayap. Demikian juga halnya dengan yang di bawah permukaan conblock.

Sejak kejadian itu, saya baru benar-benar meyakini akan kualitas mimba sebagai salah satu bahan pestisida organik berdaya bunuh tinggi terhadap hama tanaman.

Bagaimana nasib tanaman yang tumbuh di dalam pot? Sejak penyiraman dilakukan sampai tiga bulan kemudian, tidak ada gejala atau tanda-tanda efek negatif teridentifikasikan. Baik di area pucuk tanaman, mau pun di area daun lama tetap dalam kondisi normal dan proses tumbuh-kembang tanaman berjalan sebagaimana mestinya.

 

 

 

Dikutip dari >>> https://kebundirumah.com/daun-mimba-dan-hama-rayap/