RAMBUTAN BINJAI
Masih Kecil Sudah Berbuah
Rambutan (Nephellium lappaceum) berasal dari Malaysia dan Indonesia. Kerabat dekatnya antara lain leci (N. litchi) dan kepulasan (N. mutabile). Sentral tanaman rambutan tersebar di berbagai daerah seperti Bogor, Subang, Bekasi, Purwakarta, Semarang, Banyumas, Purbalingga, Purworejo, Magelang, Jember, Blitar, Lumajang, Sleman, Bantul dan DKI Jakarta, khususnya di Pasar Minggu.
Di negeri kita banyak varietas rambutan, entah itu varietas lokal maupun varietas unggul. Untuk varietas lokal, sebut misalnya Aceh Gundul, Aceh Gula Batu, Aceh Gendut, Aceh Kuning, Aceh Padang Bulan, Aceh Garing, Aceh Pao Pao, Aceh Kering Manis, Simacan, Sitangkue, Sinyonya, Brahrang, Hape dan sebagainya. Sedangkan yang unggul, sekurang-kurangnya ada 8 varietas, antara lain Rapiah, Lebak Bulus, Anta Lagi, Sibongkok, Sibatuk Ganal, Garuda, Nona dan Binjai.
Belajar dari pengalaman, ternyata varietas Binjai yang “cocok” ditanam dalam pot. Alasannya lebih cepat berbuah dibandingkan varietas lain. Apalagi jika bibitnya berasal dari okulasi yang bisa berbuah kurang dari setahun. Varietas Binjai juga memiliki keindahan tersendiri. Ia memiliki 4 – 5 cabang dan karena itu lebih rimbun. Buahnya juga ngelotok dan manis.
Untuk tabulampot rambutan Binjai setinggi 60 – 75 cm dengan diameter pot sekitar 50 – 60 cm. Pot dijaga agar pembuangan air penyiraman lancar. Selama ini, banyak variasi media tanam untuk tabulampot.
Misalnya campuran tanah gembur, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 5 : 1 : 2. Ada juga campuran pupuk kandang, pasir, dan sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Masih ada lagi campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 2 atau campuran sekam atau pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.
Yang perlu diketahui, tabulampot sangat sensitif terhadap media tanam yang memadat, yang mengakibatkan daun cepat mengering lalu rontok. Oleh karena itu, disarankan menggunakan media tanam berupa pupuk kandang seluruhnya. Lebih baik lagi jika pupuk kandang tadi diberi insektisida Furadan 3 G sebanyak 100 gram per pot. Ini untuk mencegah serangan hama.
Keluhan sering muncul ketika tabulampot rambutan tak mau berbuah lagi. Bahkan, seumur-umur hanya berbuah sekali dan setelah itu macet. Padahal, perawatan sudah dilakukan. Termasuk penyiraman dan pemupukan. Jika menghadapi problema seperti itu, jangan cepat-cepat putus asa, insyaALLOH tanaman masih bisa diselamatkan dengan cara :
- keluarkan tanaman dari pot
- amati kondisi fisiknya, lalu pangkas sebagian daunnya
- tanam langsung di tanah
- siapkan media tanam (pupuk kandang) yang baru
- bila sudah tampak tunas-tunas baru, pindahkan tanaman dari tanah ke pot.
Tips Perawatan
- Penyiraman
Di musim kemarau, penyiraman sangat perlu. Jika memakai air PAM, yang biasanya mengandung kaporit, sebaiknya endapkan dulu semalam dan baru esoknya disiramkan. Namun, usahakan benar-benar jangan sampai air siraman menggenang lebih dari 12 jam. Genangan air bisa merangsang timbulnya penyakit busuk akar.
- Penggemburan
Ingat, usahakan media tanam tidak memadat. Pemadatan media biasanya terjadi karena penyiraman yang berlebihan. Setelah itu, lakukan penggemburan dengan menggunakan sekop kecil. Hati-hati, jangan sampai merusak akarnya.
- Pemupukan
Meski media tanam menggunakan pupuk kandang, pupuk lain masih diperlukan. Sampai umur 2 tahun, setiap 4 bulan, tambahkan NPK (15:15:15) sebanyak 25 gram per pot. Sejak umur 3 tahun dan seterusnya, setiap pot diberi 100 gram NPK (15:15:15). Caranya, benamkan pupuk NPK sedalam 10 cm, lalu siram hingga cukup basah. - Pemangkasan
Pemangkasan tabulampot rambutan di samping untuk membentuk habitus (kanopi) tanaman agar tampak pendek, juga agar cabang dan pertumbuhannya seimbang. Pemangkasan perdana dilakukan saat tanaman berumur kurang dari setahun atau tinggi batang sekitar 75 – 100 cm dari permukaan pot. Cara pemangkasan adalah, untuk pemangkasan perdana, pilih 3 cabang primer. Bila panjang cabang primer mencapai 50 cm, pangkas ujungnya hingga tumbuh cabang-cabang sekunder. Pilih hanya tiga cabang sekunder per cabang primer. Selanjutnya, pangkas ujung cabang sekunder sampai tumbuh cabang tersier, dan pilih hanya tiga cabang tersier. Nah, dari ketiga cabang tersier inilah akan terjadi pembungaan dan pembuahan.